Kamis, 09 Desember 2010

muslim kalkulatif

lagu itu mengalun lambat, syahdu, tapi bait-bait di dalamnya menghentak. aku tak bisa tak menyimaknya. bait yang tak asing.

..........

apakah kita semua
benar-benar tulus
menyembah pada-nya
atau mungkin kita hanya
takut pada neraka
dan inginkan surga

jika surga dan neraka tak pernah ada
masihkan kau bersujud kepada-nya
jika surga dan neraka tak pernah ada
masihkah kau menyebut nama-nya

bisakah kita semua
benar-benar sujud sepenuh hati
kar`na sungguh memang dia
memang pantas disembah
memang pantas dipuja

[chrisye feat ahmad dani]
............

sadar bahwa ego manusia penuh pertimbangan, agama Islam datang tidak hanya dengan petunjuk, tapi juga menyerta iming-iming dan janji. sabda agama, "jika kamu baik kuberikan untukmu surga. jika kamu buruk kubenamkan kamu ke neraka." kebaikan berbalas kenikmatan, kejahatan berbuah kesengsaraan. dalam bentuknya yang sungguh materi. surga dan neraka.

dalam konteks ini, agama menyesatkan: ia secara tidak sadar telah memalingkan pemeluknya untuk mendekatkan diri seutuhnya kepada Tuhan Yang Maha Segala, dengan memunculkan iming-iming surga-neraka, dosa-pahala. agama seperti mendedah sebuah pepatah, "tak ada makan malam gratis!" maka ia ciptakan surga dan neraka dan menjejalkannya dalam benak manusia.

tapi harus diakui bahwa agama berhasil: ia sukses mencipta pemeluk-pemeluk agama bersikap sangat kalkulatif. "aku harus berbuat baik, karena kuinginkan surga nanti dan takkan pernah kulakukan kejahatan sebab ku tak mau terjun di api neraka." begitulah pikir mereka.

agama terjerumus. ia telah memberi ruang negoisasi. "kau baik, aku surga. kau jahat, aku neraka."

lalu di manakah Tuhan berada?

mulut agama berbusa-busa saat menceritakan keindahan surga. pepohonan, dedaunan, taman madu, telaga susu, dan perempuan-perempuan cantik (apakah agama seorang pria?)! agama betah berlama-lama membangun kata-kata tentang istana, keinginan yang pasti-tercapai, dan segala saji kenikmatan.

saat membicarakan soal neraka, agama memasang wajah murka. mimiknya amarah. ia melontarkan kata-kata neraka seakan panas itu benar-benar muncrat dari mulutnya. agama benar-benar menakuti, sekaligus menakutkan.

tentu. tentu saja agama juga bicara tentang Tuhan. tapi Tuhan tak bisa diilustrasikan. Tuhan tak bisa digambarkan. lidah agama seakan kelu. ia gagal menjelaskan kepada pemeluknya seperti apa dan bagaimana sebenarnya Tuhan. maka kata agama, "apapun yang kau bayangkan tentang Tuhan, Tuhan tak seperti itu." Tuhan tak terbayangkan.

apakah agama sebenarnya tak pernah mengenal Tuhan? tak pernah bertemu dan bertatap muka denganNya?

jika demikian, bagaimana jika kita lupakan saja agama? kenali saja Tuhan. dekati saja Dia. tepikan agama dengan segala kalkulasi-kalkulasi yang dibawanya. atau kita akrabi agama tapi indahkan segala kalkulasi-kalkulasi itu. kita dekati Tuhan dengan segala misteriNya. hanya satu tujuan. benar. hanya satu destinasi: Tuhan. dan bukankah-kita percaya bahwa-Tuhan tak mengenal kalkulasi?

Rabu, 08 Desember 2010

islam terpenjara

awalnya Islam muncul sebagai sebuah ajaran: wahyu yang diyakini diturunkan oleh Allah melalui Muhammad. ajaran ini kemudian disakralkan dalam bentuk teks-teks suci. dari teks-teks suci ini para teolog mengembangkan dogma teologis dan ahli-ahli fikih membentuk berbagai aturan dan implikasi praktisnya. ajaran itu pun menjelma menjadi sebuah sistem.

jadi, Islam yang kita anut dan pelajari saat ini adalah sebuah sistem. masuk dalam Islam berarti masuk dalam sebuah sistem yang menuntut komitmen: di dalam dan melaksanakan apapun yang digerakkan oleh sistem-dengan imbalan mendapatkan semua fasilitas dan iming-iming, atau keluar dengan konsekuensi tak mendapat pengakuan, fasilitas atau janji-janji itu.

jelas saja, sebuah sistem bersifat mengikat. Islam juga. ia mengikat para pemeluknya dalam berbagai corak nilai, tata cara, ritual, aturan-aturan praktis, dan semacamnya. sebagian dari mereka merasa nyaman dengan sistem itu, sebagian merasa tak nyaman, sebagian yang lain tidak peduli.

sebagian dari mereka yang merasa tak nyaman mencoba memperbaiki sistem yang dianggap rusak itu. menurut kelompok ini, Islam harus dikembalikan kepada identitas awalnya sebagai sebuah ajaran, bukan sebuah sistem. bentuk Islam sebagai sistem telah mengebiri dan mengekang keluasan dan keluesan ajaran Islam.

keinginan mengembalikan Islam pada identitas awalnya jelas bukan hal mudah. atau mungkin dianggap mustahil. yang tidak setuju mengatakan, keinginan semacam ini ahistoris. metaformosa Islam dari ajaran ke sistem adalah realitas sejarah. pendapat lain berkata, Islam sebagai ajaran dan Islam sebagai sistem tak bisa dipisahkan. memisahkan keduanya ibarat memisahkan gula dengan air dalam segelas teh manis yang telah larut.

pendapat-pendapat itu tidak salah, meskipun tidak tentu benar. ajaran Islam bukanlah gula yang ketika larut lalu lebur. Islam tidak membentuk sistem dengan sendirinya. ia dibentuk. dituliskan. ditafsirkan. dibudayakan. lalu dibakukan. ada proses sistematizing. jika ajaran diibaratkan ruh, spirit, maka sistem bisa dikiaskan sebagai raga, praktik. dan kini, raga itu telah dianggap memenjarakan ruh di dalamnya. lalu apa yang harus dilakukan?

salah satunya tentu dengan cara membebaskan ajaran Islam dari penjara sistem, dari sistem yang memenjarakan. ajaran Islam yang mengajari kita pentingnya kebebasan harus dibebaskan.

But How?